Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Wednesday 19 October 2016

MAKALAH IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI PADA PAUD


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
-         Aspek Ibadah -


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori & Praktik Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam
Dosen :
            Dr. H. Burhanuddin Abdullah, M.Ag
                                                           




DESSI A. MUKHYAR / NIM. 14 025 21308







PROGRAM PASCASARJANA                                                                                       INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI (IAIN)  BANJARMASIN                                                                                                        2016


A.    PENDAHULUAN
Belajar dan mengajar dalam istilah kontemporer sering disebut sebagai pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:23), kata pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang mendapat imbuhan “pem” dan akhiran “an”. Pengertian dari kata “ajar” adalah petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut. Jadi pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang belajar, sedangkan dalam istilah Psikologi, belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mengubah perilaku yang tampak maupun tidak tampak. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Adapun Peserta didik yang dimaksud dalam paper ini adalah anak usia dini yakni anak dengan usia 0-6 tahun. Pembahasan akan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dari aspek Ibadah pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) elompok usia 4-6 tahun.
Paper ini disusun berdasarkan analisis dari beberapa buku referensi, hasil observasi dan wawancara pada PAUD Fajar Harapan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan..

B.     LANDASAN TEORITIS
B.1 Tahap Perkembangan Pada Anak Usia 0 – 6 tahun
Pemberian stimulasi yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak akan menjadikan berbagai aspek perkembangan anak berkembang maksimal. Dengan demikian pemahaman para pendidik terhadap berbagai karakteristik perkembangan anak usia dini mutlak diperlukan guna memberikan perlakukan yang tepat pada anak didiknya.
Pada anak usia dini, ibadah bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban, tetapi merupakan masa persiapan latihan dan pembiasaan sehingga ketika memasuki usia baligh, pada saat mereka mendapatkan kewajiban dalam beribadah, segala jenis ibadah yang Allah wajibkan dapat mereka lakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Ibadah memiliki pengaruh yang luar biasa dalam diri anak, pada saat anak belajar melakukan ibadah, diharapkan akan ada dorongan, semangat untuk membiasakannya dalam keseharian. Jika anak tidak melakukan ibadah seperti biasa yang ia lakukan maka dia merasa ada suatu kekurangan yang terjadi dalam jiwa anak tersebut. Hal ini karena dilatarbelakangi oleh kebiasaan yang dilakukan.
1. Perkembangan fisik motorik Menurut Hurlock, Pada anak usia dini pertumbuhan vertikal fisik anak umumnya tumbuh lebih menonjol daripada pertumbuhan horizontal. Perkembangan motorik pada anak usia dini mencakup perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar diperlukan untuk keterampilan menggerakkan dan menyeimbangkan tubuh. Pada usia dini anak masih menyukai gerakan-gerakan sederhana seperti melompat, meloncat dan berlari. Sedangkan perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, melipat, merangkai, mengancingkan baju, menggunting dan sebagainya.
2. Perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir. Menurut Jean Piaget a. Sensori-motor (0-2 tahun). Pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan gerak refleks dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungan. Hasil pengalaman berinteraksi dengan lingkungan ini akan berguna untuk berpikir lebih lanjut. Pada akhir tahap ini anak sudah menunjukkan tingkah laku intelegen, sekalipun masih dalam batas aktivitas motorik sebagai reaksi terhadap stimulus sensori. b. Pra-operasional (2-7 tahun). Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas. Ia mulai mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar. Anak menunjukkan kemampuannya melakukan permainan simbolis. Misalnya ia pura-pura minum dari sebuah cangkir mainan yang kosong, menggerakkan balok kayu sambil menirukan bunyi mobil seakan balok itu adalah mobil. Dengan demikian anak sudah mneggunakan memorinya tentang mobil dan menggunakan balok untuk mengekspresikan pengetahuannya.
3 Perkembangan sosial-emosional Anak usia dini bersifat egosentris, keperluan dan keinginannya lebih penting daripada teman lainnya. Anak mulai menyadari adanya peraturan dan mulai mampu menerima beberapa peraturan dan kebiasaan. Anak mulai memahami penjelasan dan ikut berpartisipasi didalam beberapa argumen. Menurut Mansur (2011:58) ada beberapa aspek perkembangan sosialemosional yang perlu dikembangkan pada anak usia dini. Diantaranya adalah belajar bersosialisasi diri; mengekspresikan diri, bakat dan kemampuan; belajar mandiri dan berdiri sendiri; belajar bermasyarakat; belajar berpartisipasi dalam kelompok, bekerja sama, membagi giliran, dan bersedia menerima aturan dalam kelompok; dan mengembangkan daya kepemimpinan anak..
           
B.2 Pendekatan, Metode  & Strategi
B.2.1 Social Kognitif Theory (Albert Bandura)
            Psikolog Amerika Albert Bandura adalah arsitek utama teori belajar social versi kontemporer yang dianamakan teori belajar sosial kognitif.  Bandura yakin individu belajar dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain. Melalui belajar mengamati, secara kognitif menampilkan perilaku orang lain dan kemudian mengadopsi perilaku ini dalam diri sendiri. Bandura berpandangan bahwa manusia merupakan individu yang aktif, mampu berpikir dan mengatur dirinya sendiri sehingga ia tidak hanya dibentuk melalui lingkungan saja tetapi dapat mengontrol dan mengendalikan lingkungan tersebut. Kognisilah yang akan mengarahkan mengendalikan perilaku untuk menerima atau menolak pengaruh lingkungan. Bandura menekankan bahwa perilaku manusia dapat dilakukan melalui observational learning yaitu dengan mengamati tingkah laku orang lain dan individu belajar mengimitasi/menirukan tingkah laku orang lain yang menjadi model bagi dirinya.(dalam Santrock, 2002, hal.48).
Dalam Model Bandura diterapkan strategi ketika si anak rajin latihan atau melakukan suatu tindakan hingga kemudian memperoleh reward, perilakunya menghasilkan pemikiran positif tentang kemampuannya. Sebagai bagian dari usahanya untuk memperoleh reward, ia merencanakan dan mengembangkan sejumlah strategi untuk membuat pelajarannya lebih efisien.
Bandura mengemukakan ada empat komponen dalam proses observational learning, sebagai proses internal pembelajar, yaitu:
1.      Attention Proceses; suatu model tidak akan bisa ditiru bila tidak diadakan pengamatan; individu menaruh perhatian terhadap model yang akan ditiru dan mempersepsikan secara akurat aspek-aspek kegiatan yang relevan dari modelnya.
  1.  Retention Proceses; setelah memperhatikan disimpan dalam ingatan, dalam bentuk simbol-simbol (tidak hanya diperoleh melalui pengamatan visual, melainkan juga verbalisasi) yang suatu saat bisa ditirukan  meskipun model tidak ada lagi. Seseorang tidak akan banyak dipengaruhi oleh pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan dari model, jika ia tidak mampu mengingat kejadian-kejadian model tersebut. Dalam hal ini perlu pengulangan perbuatan agar memperkuat ingatannya dan bisa memperlihatkan tingkah laku hasil meniru dari model.
  2. Behavioral Production Proceses; proses produksi untuk mengubah konsepsi-konsepsi simbolik menjadi tindakan-tindakan yang sesuai.
  3. Motivasi (Motivational Processes); orang yang menirukan harus melihat tingkah laku itu sebagai tingkah laku yang terpuji dan bermotivasi untuk menirukannya.
                                                                                                                      
Modelling mampu mempengaruhi perilaku seseorang antara lain;
1.      Respon baru akan terbentuk dengan melihat model melakukan respon tersebut dan mendapat reinforcement.
2.      Model juga dapat memperlihatkan perilaku yang sebelumnya telah dipelajari observer sehingga membentuk keinginan pada diri observer untuk melakukan respon tersebut.
3.      Tingkat kualitas imitasi bergantung pada persepsi individu terhadap “siapa” yang menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku individu yang bersangkutan.

B.3 Materi Pendidikan Sesuai Kurikulum
            Pendidikan Agama Islam meliputi tiga ajaran pokok yaitu Akidah,Ibadah dan Akhlak. Dalam paper ini fokus pada pembelajaran Ibadah. Secara umum ibadah berarti mencakup semua perilaku dalam setiap aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapatkan ridlo Allah. Ibadah dalam pengertian inilah yang dimaksud dengan tugas hidup manusia. Dalam pengertian khusus ibadah adalah perilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullsh SAW berbentuk ritual ibadah yang bersifat kejiwaan maupun lahir. Ritual ibadah terangkum dalam rukun Islam yang terdiri dari lima pilar yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, haji dan umrah
            Dalam buku pedoman penyusunan kurikulum PAUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan tentang pengembangan kurikulum PAUD kelompok usia 4-5 tahun dalam aspek Ibadah tingkat pencapaian perkembangan yang diharapkan adalah dapat meniru gerakan Ibadah dengan indikator;
1.      Melakukan gerakan berdo`a dengan tertib
2.      Melaksanakan gerakan Ibadah dengan bimbingan
3.      Mengenal gerakan ibadah seperti wudhu, sholat, ibadah haji, dsb.nya
4.      Mengenal kewajiban-kewajiban seperti sholat, puasa, zakat, dsb.nya

Sedangkan kelompok usia 5-6 tahun tingkat pencapaian perkembangannya adalah membiasakan diri beribadah dengan indikator:
1.      Berdo`a sebelum melaksanakan kegiatan
2.      Berdo`a sesudah selesai melaksanakan kegiatan
3.      Melaksanakan kegiatan Ibadah

C.    TEMUAN LAPANGAN                                                                           (Observasi & Wawancara pada hari Jum`at tanggal 14 Oktober 2016 Jam 07.30-10.00)
C.1 Profil Sekolah
            Nama PAUD              : FAJAR HARAPAN
            Program                       : Kelompok Bermain (KB)
            Alamat                                    : Desa Simpang Empat Kecamatan Kertak
  Hanyar Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan
                        Tahun Berdiri              : 2009
            Pengelola                     : Tarbiah
            Jumlah Guru                : 4 orang
            Jumlah Murid              : 43 orang
            Luas bangunan            : 3 x 5

C.2 Materi Pendidikan yang diajarkan
C.3 Pendekatan, Metode & Strategi yang digunakan

C.2.1 Kegiatan Pembukaan
- Kedisiplinan
- Menghafal nama hari dan nama bulan masehi
- Menghafal Fatihah 4 dan ayat kursi dan do`a-do`a sehari-hari

-          Baris-Berbaris sebelum masuk kelas dengan metode perintah
-          Bernyanyi dan tepuk tangan
-          Menirukan
C.2.2 Kegiatan Inti
- Mengajari tata cara Wudhu

-          Praktek, Menitukan gerakan guru
C.2.3 Kegiatan Penutup
- Do`a Hamdalah

-          Menirukan/ mengikuti

C.4 Hasil Wawancara dengan Pengelola
Pertanyaan
Jawaban
Apakah pembelajaran hari ini sesuai Rencana (RPPH)
Tidak, kami mengalir saja yang penting jalan, anak-anak bisa wudhu,menghafal surat pendek, do`a sehari-hari, sholat.
Lalu RPPH untuk apa?
Hanya untuk persyaratan dari dinas
Guru yang  mengajar lulusan apa?
Bimbingan Konseling dan yang satunya jurusan KIMIA
Apa ruangan belajar hanya 1?
Ya, digabung kelompok A dan B
Lalu bagaimana belajarnya?
Materi sama dan kelas A pulang 30 menit lebih awal dari kelompok B

C.5  Hasil Wawancara dengan Wali Murid
Pertanyaan
Jawaban
Apa harapan ibu-ibu menyekolahkan anak  di PAUD ini dalam konteks ibadah?
Bisa wudhu, shalat, mengaji (selesai Iqra 6), hafal do`a-do`a harian.
Menurut ibu perkembangan apa yang sudah anak ibu peroleh setelah belajar di sekolah ini
Sudah bisa wudhu meski belum tahu do`anya, shalat tapi belum tahu rakaatnya, kenal huruf Al Qur`an
Ada masalah yang ingin ibu utarakan tentang perkembangan anak?
Sulit disuruh belajar, bermain terus



D.    ANALISIS TEORI & PRAKTIK

No.
Deskripsi Data
Analisa
1
Dokumentasi: dokumen yang dimiliki guru untuk pembelajaran ada 2 yaitu ; a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
b. Buku Erlangga Kids

1.     Dengan mengacu pada peratutan menteri pendidikan dan kebudayaan  tentang pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini tentang adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian, senyatanya RPPH yang tersedia tidak digunakan oleh guru PAUD yang dimaksud oleh peraturan tersebut.
2
Obeservasi & Wawancara :
a.      langkah-langkah yang dilakukan guru selama pembelajaran, yaitu dari memasuki kelas hingga keluar kelas;
b.     alasan guru melakukan pembelajaran seperti yang diceritakan.
A.    Langkah Pembelajaran
1.      Guru Mengajak Berbaris dan bernyayi
2.      Masuk kelas berdo`a kemudian bernyanyi
3.      Tema yang disajikan juga tidak sesuai dengan kontrak pembelajaran dengan alasan tergantung MOOD atau selera keinginan guru dan situasi kelas.
B.     Alasan
Yang penting ada belajar dalam kelas dengan tetap merujuk pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang ada pada kurikulum.


AKTIFITAS GURU SELAMA PEMBELAJARAN
Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dalam situasi di kelas. Observasi dilaporkan dalam laporan observasi yang mencatat kejadian yang berlangsung di dalam kelas, menit demi menit. Langkah-langkah yang dilakukan guru selama proses pembelajaran, yaitu dari memasuki kelas hingga keluar kelas (lihat tabel).

No.
Jam
Aktifitas/Keadaan Kelas
Analisis
1
08.00
1.   Murid di dalam kelas silih berganti mereka keluar masuk kelas.
2.   Murid menaruh tas melewati atau naik meja belajar.
1.   Jam ini seharusnya pembelajaran sudah dimulai, namun guru belum masuk kelas dan siap untuk mengajar, karena msih sibuk menerima buku tabungan dari murid-murid.
2.   Kondisi kelas masih belum sesuai standar dengan ruang sekitar 3 x 5 m, harus ditempati dengan jumlah murid 43 orang.

2
08.10
Berbaris di depan kelas, ada 3 orang di dalam kelas dan ada yang menangis
3 orang anak ini dibiarkan saja dengan alasan karena tidak mau ikut berbaris.
3
08.20
Salam, bernyanyi nama hari, bulan masehi
Moment ini nampaknya bertujuan untuk memberi semangat sebelum belajar, namun sayang sebagai Muslim mengapa nama-nama bulan hijriah tidak dinyanyikan juga? Sementara issu international arab saudi telah resmi menghapus bulan hijriah dalam  kalender Arab. Namun demikian 20 menit jam pelajaran berkurang, nilai kedisiplinan masih kurang.
4
08.30
Masuk ke dalam  kelas , kembali beberapa murid duduk menuju kursinya melewati meja
Formasi kursi seperti U namun bagian tengah penuh dengan meja, tidak ada ruang kosong untuk menuju banyak kursi kecuali yang dibagian paling samping
5
08.35
Guru memasuki kelas mengucapkan salam dan berdiri ditengah kelas menanti jawaban salam dari siswa, dilanjutkan dengan salam dari siswa.
Tidak semua murid siap belajar karena hanya sebagaian yang menjawab salam.  Idealnya Guru mengulang  salam yang pertama.
6
08.40
Bersama-sama membaca fatihah 4 dan ayat kursi, kemudian menanyakan siapa yang absen atau tidak hadir, anak-anak menyebut nama-nama teman mereka dan menghitung berapa orang yang tidak hadir.
Kegiatan ini hanyalah kegiatan rutin yang dilakukan berulang, sehingga belum ada tambahan materi.
7
09.00- 09.30
Istirahat

8
09.30-10.00
Praktek wudhu bergantian.
Jelas tidak semua anak dapat giliran karena waktu yang tidak cukup, jika dengan metode manual, Anak yang cenderung pasif tidak terfasilitasi, disarankan dengan strategy Zone of Proximal Development (ZPD)
9
10.00
Doa penutup dan hamdalah
Tidak ada kesan terakhir untuk menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

PENILAIAN KOMPETENSI GURU
Untuk melengkapi penilaian terhadap terhadap kompetensi guru maka dikembangkan instrument penilaian (35 item) seperti dalam tabel 2 yang meliputi 5 aspek penilaian yaitu aspek a) Persiapan, b) Penyajian Pembelajaran, c) Teknik pembelajaran, d) performance/karakteristik guru, e) Interaksi selama proses pembelajaran
Petunjuk:                                                              
Lingkarilah angka yang tepat untuk memberikan skor pada aspek-aspek penilaian aktifitas guru dalam pemebelajaran. Adapun criteria skor adalah 0 = tidak sesuai/tidak tampak; 1 = kurang baik; 2 = cukup; 3 = baik; 4 = sangat baik. Sedangkan kolom keterangan adalah untuk penilaian deskriptif yang dibutuhkan jika ada.


No.
Aspek Penilaian
Skor
Keterangan
A
PERSIAPAN


1
Dokumen pembelajaran
0 1 2 3 4
Hanya ada kontrak pembelajaran.
2
Kejelasan Tujuan Pembelajaran
0 1 2 3 4

3
Materi terkait dengan materi sebelumnya, pengetahuan sebelumnya menjadi dasar pengetahuan selanjutnya
0 1 2 3 4

4
Persiapan media pembelajaran
0 1 2 3 4
Tempat wudhu 1 buah
5
Setting kelas
0 1 2 3 4
Penuh
6
Mempersiapkan siswa secara fisik dan mental
0 1 2 3 4
Guru meminta mengulang salam ketika masih ada siswa yang kurang siap dan bersemangat mengucapkan salam pembuka.
B
PENYAJIAN MATERI


1
Kesesuaian materi dengan dokumen pembelajaran
0 1 2 3 4
Guru tidak mengikuti rencana pembelajaran, materi dipilih berdasar mood meski tetap mengacu pada beberapa tema yang ada dalam dokumen.
2
Keterampilan membuka kelas
0 1 2 3 4
Tidak Mengundang perhatian siswa
3
Menyampaikan tujuan pembelajaran
0 1 2 3 4

4
Variasi Metode
0 1 2 3 4

5
Sistematika penyajian/alur pengetahuan
0 1 2 3 4

6
Memotivasi siswa untuk aktif
0 1 2 3 4
Dengan melontarkan beberapa kalimat Tanya untuk dijawab bersama.
7
Penggunaan media
0 1 2 3 4
Hanya 1 tempat wudhu
8
Organisasi kelas
0 1 2 3 4
Masih ada siswa yang pasif dan super aktif
9
Penguasaan Materi
0 1 2 3 4
Mengajar hampir tanpa dibantu teks, namun dalam melafalkan surah kuramh fasih.
10
Guru menjelaskan materi dengan teknik tertentu
0 1 2 3 4

11
Petunjuk-petunjuk pembelajaran jelas sehingga mudah difahami
0 1 2 3 4

12
Kesesuaian kedalaman dan keluasan materi dengan tingkat perkembangan,kemampuan dan kebutuhan siswa
0 1 2 3 4

13
Kesempatan untuk bertanya
0 1 2 3 4
kurang kesempatan yang diberikan, guru sibuk mengurus murid-murid yang usil atau bertengkar.
14
Jika siswa bertanya, maka guru menjawab dengan jelas dan memuaskan
0 1 2 3 4

15
Guru selalu mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran setiap akhir sesi/kegiatan tertentu.
0 1 2 3 4

10
Keterampilan menutup kelas
0 1 2 3 4
Menit-menit terakhir tidak ada menyimpulkan materi, tidak membuka kesempatan untuk bertanya dan menanyakan kembali pada siswa isi materi.
11
Metode evaluasi
0 1 2 3 4

C
TEKNIK PEMBELAJARAN


1
Dinamika gerak guru
0 1 2 3 4
Tidak bisa Berpindah-pindah
2
Perhatian guru terhadap gerak-gerik siswa
0 1 2 3 4
Menemukan siswa yang ada kegiatan lain dan ada yang usil
3
Mengenali karakter siswa
0 1 2 3 4
Mengetahui siswa yang senag menghafal, menulis, membaca dan siswa yang pasif
4
Reinforcement positif
0 1 2 3 4

5
Ilustrasi dan contoh dibuat jelas tidak membingungkan
0 1 2 3 4
Praktek wudhu langsung
D
KARAKTERISTIK/PERFORMANCE GURU


1
Bersikap terbuka dan tidak menganggap negative apabila siswa melakukan kesalahan
0 1 2 3 4

2
Tidak memberi stigma negative pada siswa
0 1 2 3 4

3
emosi stabil
0 1 2 3 4
Nampak pada speed  volume suara yang cukup tinggi secara tetap
4
Sabar dalam memancing respon siswa
0 1 2 3 4

5
Tegas dalam sikap
0 1 2 3 4

6
Jelas dalam penggunaan bahasa
0 1 2 3 4

7
Penampilan menarik termasuk gesture atau body language
0 1 2 3 4

8
Kesiapan Mental
0 1 2 3 4

9
Penggunaan Bahasa Asing (Arab/Inggris)
0 1 2 3 4

E
INTERAKSI SELAMA PEMBELAJARAN


1
Memancing siswa berdiskusi antar siswa satu sama lain
0 1 2 3 4

2
Iklim yang sehat dan mendukung siswa bebas dan terbuka untuk berpendapat tanpa takut dilecehkan/ditertawakan/dianggap bodoh
0 1 2 3 4

3
Sikap guru yang tidak memihak pada satu kelompok (adil)
0 1 2 3 4

4
Interaksi guru dengan media pembelajaran
0 1 2 3 4


           
Perbandingan Teori dengan Praktik
Dalam praktek di lapangan merujuk pada kurikulum K-13 tidak ada ditemukan pembelajaran bagaimana thaharah dalam masa toilet Training (masa Phallic dari Freud), namun langsung pada materi wudhu`. Dalam praktek wudhu memang secara praktek, namun jika ditambah dengan media gambar pembelajaran akan lebih kaya. Bergabungnya kelompok A dan kelompok B dalam pembelajaran memang membuat kelompok B terjadi pengulangan materi akan tetapi kondisi ini harusnya dapat dimanfaatkan dengan menerapkan teknik ZPD, teman yang sudah bisa mengajari yang belum bisa.
Melatih berwudhu dengan langsung praktek mencontohkan di hadapan mereka, seperti dicontohkan juga oleh Sayyidina `Ali ibn Abi Thalib saat mengajarkan pada Husain ibnu `Ali ibnu Abi Thalib ra. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa`i)[1]
Diriwayatkan dari `Abdullah ibnu `Umar ibnu Khattab ra., ia berkata “Rasululah Shallallaahu`alayhi wa sallam bersabda: `jika anak-anak sudah bisa berbicara, maka hendaklah kita mengajarinya Laailaahaillallaah, dan jika ia sudah tumbuh giginya, maka hendaklah kita memerintahkannya untuk shalat` (HR. Ibnu As-Sunni)
Diriwayatkan olehal Hakim dan Abu Dawud dari `Abdullah ibnu `Amr ibnu Al`Ash ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat saat mereka mencapai usia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya saat berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka” (HR. Abu Dawud)[2]
Hikmah di balik instruksi ini adalah agar anak-anak belajar shalat sejak masa pertumbuhan dan terbiasa menunaikan dan menjalankannya sejak dini sehingga terdidik dalam suasana ketaatan kepada Allah.

Metode Taktil (sentuhan)
Nabi Shallallaahu`alayhiwassalam membariskan anak-anak dalam shaf paling belakang dan memerintahkan kepada mereka untuk meluruskan shafnya sembari mengusap pundak. Ibnu Mas`ud ra. Berkata: “Dahulu Rasulullah Saw. Mengusap pundak kami sebelum shalatnya dan bersabda: Luruskanlah shaf kalian dan janganlah kalian tidak merapikannya, karena nanti hati kalianpun akan bertentangan” (HR. Muslim 654)[3]:
Nabi Saw. Pun membawa mereka pergi shalat serta mengusapi pipi mereka karena sayang dan kagum kepada mereka. Jabir bin Samurah ra. Telah berkata:” Aku Shalat Dzuhur bersama dengan Rasulullah Saw. , kemudian beliau keluar menuju ketempat keluarganya dan akupun ikut keluar. Selanjutnya, beliau disambut oleh anak-anak, maka beliau saw. Mengusapi pipi mereka seorang demi seorang hingga sampailah pada giliranku. Beliau mengusap pipiku dan ternyata kurasakan tangan beliau begitu sejuk dan harum baunya seakan-akan tangan beliau baru dikeluarkan dari kantong yang berisikan minyak parfum” (Muslim, Kitaabul Fadha-il 4297)
Metode usapan yang dilakukan oleh Rasul Shallallahu`alayhiwasallam ini dalam bahasa ilmu psikologi di sebut teknik sentuhan atau teknik taktil. Hal ini tidak ada dalam temuan lapangan. Interaksi fisik berupa sentuhan memiliki efek besar dalam psikis anak dengan membuat anak merasa nyaman dan aman dalam belajar.
E.     PENUTUP
Dalam implementasinya pada lembaga PAUD Fajar Harapan tidak merujuk pada RPPH, namun demikian tetap mengupayakan agar tujuan pembelajaran dalam kurikulum secara umum dapat tercapai. Bagaimana guru dapat mengacu pada teori-teori pendidikan sementara bakcground pendidikan bukan dari pendidikan guru paud namun dari jurusan kimia dan bimbingan konseling. Apalagi ditambah dengan status guru yang tidak tetap dan honor yang berkisar 200-300 ribu per bulan, mendorong sering bergantinya guru. Kalaupun sudah diberi pelatihan dan baru mulai terampil kemudian gurunya berhenti atau pindah. Hanya ada 1 guru tetap yaitu pengelolanya sendiri. Menariknya dari hasil wawancara dengan wali murid, mayoritas yang terlihat bahwa merasa puas dengan pencapaian yang diperoleh anak.

Referensi

Anisa, Siti Maryanti. Pelaksanaan Pembelajaran Nilai Agama Islam Pada Anak Usia 5–6 Tahun Di Bustanul Athfal (Ba) Dan Raudhatul Athfal (Ra) Di Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten. Skripsi  Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang 2015. http://lib.unnes.ac.id. Diakses tanggal 21 September 2016
Elliot,Stephen N., et.al. Educational Psychology –effective teaching effective learning-.Brown & Benchmark publishers.
Syah, Muhibbin, M.Ed. Psikologi Belajar. PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005.
Jamaal `Abdurrahman. Athfaalul Muslimimn, Kaifa Rabbaahumun Nabiyul Amiin. Terjemahan. Irsyad Baitussalam, Bandung, 2000.
Kamrani Buseri, Prof. Dr. H.,MA. Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam. Aswaja, Yogyakarta, 2014.
Nashori, Fuad. 2005. Potensi-Potensi Manusia -Seri Psikologi Islami-. Cet.II,Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mujib, Abdul. 2005. Pengembangan Psikologi Islam Melalui Pendekatan Studi Islam. Jurnal Psikologi Islami, Volume 1, Nomor 1, Juni. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UII.
Santrock, John W. 2005. Psychology.New York: McGraw Hill Companies, Inc.
-------,2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, edisi 5, Jilid II, Jakarta: Erlangga.
Shihab, M. Quraish. 2008. Tafsir Al-Mishbah : pesan, kesan dan Keserasian Al-Qur`an, Cet. IX , Jakarta : Lentera Hati.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar, Ed. Revisi, cet., 4, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
                                                                       








Lampiran
Observasi dalam kelas
Mana Rencana Pembelajaran Hari ini?
Wawancara Parenting dengan Wali Murid





[1] Hal 57-59
[2] Musthafa Abul Mu`athi. Mengajari Anak Shalat Teori dan Praktek. Bandung; IBS 2006 hal.50-51
[3] Jamaal `Abdur Rahman. Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasululullah Shallallaahu`alayhiwasallam. Bandung IBS, 2005. Hal 163-164